pembukuanemiten. Nilai pasar merupakan nilai harga saham yang mengacu pada harga penutupan saham dan niali intrinsik adalah nilai yang sebenarnya dari saham. Penelitian ini menggunakan salah satu pendekatan dalam menentukan nilai saham yaitu, rasio PBV (Price Book Value). PBV adalah perbandingan harga saham dengan nilai buku saham per saham.
ï»żï»żTrading dan investasi saham saat ini sudah jauh lebih mudah. Semua transaksi bisa dilakukan lewat aplikasi sekuritas yang ada di handphone maupun PC. Sumber informasi juga bertebaran di mana-mana, mulai dari media sosial sampai portal memenuhi kebutuhan investor ritel, biasanya sekuritas memiliki fitur yang memberi informasi dan data terkait kondisi di pasar saham. Salah satunya adalah top gainer dan top loser. Memang apa sih maksudnya? Bagi pemula yang masih asing dengan istilah ini, wajib baca artikel ini sampai selesai supaya jadi Top Gainer dan Top LoserTop gainer adalah deretan saham yang mengalami peningkatan harga paling besar dalam satu hari perdagangan. Harga saham yang naik tentu bukan tidak terbatas. Semua sudah diatur oleh Bursa Efek Indonesia BEI dalam aturan Auto Reject Atas ARA yang tentunya berbeda untuk masing-masing rentang dari top gainer, top loser adalah deretan saham yang mengalami penurunan harga paling besar dalam satu hari perdagangan. Penurunan tersebut juga dibatasi oleh ketentuan Auto Reject Bawah ARB. Aturan yang masih berlaku saat ini akan mengenakan auto reject pada saham yang turun 7% untuk semua rentang bisa diakses melalui sekuritas dan media massa, daftar saham top gainer bersamaan dengan top loser juga di-update BEI di laman resminya. Kamu bisa cek informasinya di link juga 3 Cara Menjual Saham ARB untuk Meredam KerugianJenis-JenisnyaAda dua jenis top gainer dan top loser, yaitu by percentage dan by value. Top gainer / top loser by percentage menunjukkan saham-saham yang berdasarkan persentasenya naik / turun paling tinggi dan biasanya ditulis “top gainer %” atau “top loser %”. Sedangkan top gainer / top loser by value merupakan saham dengan kenaikan / penurunan paling tinggi berdasarkan perubahan nilai dan ditulis biasa “top gainer” atau “top loser” tanpa contoh, pada perdagangan hari ini saham A naik poin jadi atau 4,23% dan saham B naik 925 poin jadi atau 18,14%. Secara persentase saham B mengungguli saham A tapi jika dilihat berdasarkan value, saham A sebenarnya lebih unggul. Berlaku sama untuk top PenghitunganPenghitungan top gainer dan top loser dilakukan dengan cara membandingkan harga saham hari ini dengan harga penutupan saham pada hari sebelumnya. Melalui data tersebut, para pelaku pasar dapat melihat bahwa sebuah saham bisa naik hingga 35%, namun bisa pula turun hingga 7% dalam sehari, dengan ketentuan yang masih berlaku sampai saat JUGA Perhitungan Break Even Point Supaya Kamu Tahu Sudah Untung atau BelumSama dengan Top Volume dan Top Value?Selain top gainer dan top loser, ada pula data pasar yang disebut top trading volume dan top trading value. Perlu diketahui bahwa keduanya berbeda dengan top gainer dan top trading volume atau top volume adalah data yang menunjukkan saham dengan volume perdagangan paling tinggi dalam satu hari perdagangan. Ini diukur berdasarkan jumlah lembar saham yang diperdagangkan. Maka bisa jadi saham yang masuk top gainer tidak masuk top saham yang masuk ke deretan top volume juga belum tentu masuk ke top value. Soalnya, top value diukur menggunakan harga saham dan top juga Cara Mengetahui Support dan Resisten Terkuat Agar Trading OptimalYang Perlu DiperhatikanData top gainer dan top loser hanya digunakan sebagai informasi tambahan saja. Tidak bisa dijadikan acuan tunggal saat mengambil keputusan investasi. Sebaiknya tetap lakukan analisis lagi karena biasanya saham yang sering keluar-masuk top gainer dan top loser itu adalah saham-saham lapis tiga dengan market cap jenis ini lebih mudah digerakkan asal ada uang besar yang masuk ke situ. Jadi dalam satu hari bisa saja naik dan turun secara tajam. Dengan kata lain pergerakan harga bukan mengacu pada faktor fundamental. Sehingga risikonya terbilang sangat tinggi dan tidak ramah dalam situasi tertentu seperti ketika market crash, saham big cap yang punya kapitalisasi pasar besar terkadang bisa masuk ke dalam deretan top juga Cara Mengetahui Rotasi Sektoral di Pasar SahamUpgrade jadi VIP member untuk menikmati semua fitur Emtrade. Dengan menjadi VIP member, kamu bisa menikmati trading signal, referensi saham, konten edukasi, analisis, research report, tanya-jawab saham intensif, morning dan day briefing, dan seminar rutin setiap akhir di sini untuk upgrade menjadi VIP member saham yang dibahas menjadi case study, edukasi, dan bukan sebagai perintah beli dan jual. Trading dan investasi saham mengandung risiko yang menjadi tanggung jawab pribadi. Emtrade tidak bertanggung jawab atas setiap risiko yang mungkin muncul.
Dalamdunia saham, analisa fundamental adalah teknik yang digunakan investor saat hendak melakukan transaksi saham. Ada salah satu strategi yang populer dalam analisa fundamental yakni value investing.Tentu bukan sekadar pola teknik investasi biasa, karena strategi ini merupakan alasan bagaimana Warren Buffett memperoleh pundi-pundi dolar
Saham menjadi salah satu instrumen investasi yang cukup menggiurkan. Kalau Anda dapat mempraktikkannya dengan tepat, nilai keuntungan dari investasi ini bisa sangat besar. Untuk itu, Anda perlu strategi agar investasi saham tidak merugi. Salah satu strategi yang menarik untuk diketahui dalam investasi saham adalah value investing. Teknik investasi ini sangat terkenal di kalangan para investor, baik dalam negeri ataupun luar negeri. Banyak investor yang meraih kesuksesan dengan memanfaatkan strategi value investing. Sosok Warren Buffett adalah salah satunya. Ada pula nama Lo Kheng Hong yang kerap disebut sebagai Warren Buffet dari Indonesia. Pengertian Value Investing Definisi sederhana dari value investing adalah upaya memilih investasi saham yang memiliki valuasi murah. Hanya saja, saham yang diburu oleh value investor bukanlah milik perusahaan murahan. Hal ini terjadi karena pasar menilai potensi atau nilai intrinsik dari perusahaan tersebut. Untuk menjadi seorang value investor, Anda perlu pemahaman yang mendalam tentang valuasi bisnis perusahaan. Dengan begitu, Anda dapat mengamati deretan saham yang punya nilai tinggi tetapi harganya murah. Selanjutnya, Anda pun berkesempatan untuk menjual saham tersebut ketika harganya melonjak. Cara Mengetahui Nilai Intrinsik dalam Value Investing Penilaian saham oleh seorang value investor dilakukan dengan perhitungan yang cermat. Ada berbagai faktor yang menjadi pertimbangan, termasuk di antaranya adalah performa finansial, penghasilan, cash flow, brand perusahaan, keunggulan produk, dan lain sebagainya. Untuk mendapatkan data akurat tentang nilai intrinsik perusahaan, value investor menggunakan beberapa jenis metrik, di antaranya Price-to-book P/B Indikator pertama yang dapat Anda manfaatkan adalah P/B yang kerap disebut nilai buku. Rasio ini memperlihatkan perbandingan antara aset perusahaan dengan harga saham. Saham dapat dikategorikan undervalued ketika harganya mempunyai nilai lebih rendah dibandingkan aset perusahaan. Hanya saja, penilaian undervalued tersebut juga harus disertai dengan kondisi kesehatan finansial perusahaan. Free cash flow Anda juga dapat mempertimbangkan parameter free cash flow perusahaan. Indikator ini menunjukkan jumlah uang tunai yang tengah dimiliki perusahaan sesudah menunaikan pembayaran segala jenis biaya. Price-to-earning P/E Parameter selanjutnya adalah P/E yang dapat Anda manfaatkan untuk memperoleh data pendapatan perusahaan. Saham undervalued dapat Anda ketahui ketika mendapati bahwa harga saham tidak mempunyai kesesuaian dengan pendapatan perusahaan. Hal yang Perlu Diperhatikan Value Investor Kemampuan dalam mengetahui nilai intrinsik saham tidak memberikan jaminan kesuksesan berinvestasi. Selain memanfaatkan parameter metrik tersebut, ada pula 5 hal penting yang tak boleh Anda lewatkan, yaitu Riset Dalam praktik investasi apapun, riset merupakan sebuah kewajiban. Tujuannya, agar Anda terhindar dari risiko kerugian. Selain mencermati parameter metrik nilai intrinsik saham, Anda juga dapat mempertimbangkan beberapa info pendukung lain. Beberapa data yang dapat Anda manfaatkan di antaranya adalah struktur keuangan, rencana jangka panjang perusahaan, jajaran manajemen, serta prinsip bisnis. Diversifikasi investasi Dalam value investing, Anda juga harus memperhatikan diversifikasi. Upaya diversifikasi merupakan tindakan preventif dalam meminimalkan risiko kerugian. Diversifikasi dapat Anda lakukan dengan membeli jenis saham yang berbeda. Selain itu, ada pula pula pilihan diversifikasi menggunakan instrumen investasi lain, seperti P2P lending, emas, reksadana, dan lain sebagainya. Baca juga Pengertian Dari Diversifikasi Investasi Fokus pada konsistensi Value investor memiliki kecenderungan untuk memperoleh keuntungan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, Anda perlu mengedepankan pilihan pada jenis saham yang memiliki harga konsisten dan mempunyai risiko rendah. Analisis fundamental perusahaan Tips selanjutnya, Anda perlu pula melakukan analisis faktor fundamental perusahaan. Langkah ini dapat Anda lakukan dengan memperhatikan laporan keuangan terbaru perusahaan secara menyeluruh. Dari laporan tersebut, ANda dapat mengetahui beberapa informasi penting seperti liabilitas dan ekuitas, arus kas, laba rugi, dan semacamnya. Memantau trend Terakhir, Anda juga perlu memantau tren yang terjadi di masyarakat. Pilihan berinvestasi pada sektor yang tengah tren memberi peluang keuntungan yang lebih besar dalam jangka pendek. Nah, itulah panduan lengkap mengenai apa itu value investing dan berbagai aspek penting terkait yang perlu Anda ketahui. Kalau Anda menerapkannya dengan benar, menjadikan saham sebagai sumber pemasukan ekstra bukanlah impian belaka. Kembangkan Dana Sekaligus Berikan Kontribusi Untuk Ekonomi Nasional dengan Melakukan Pendanaan Untuk UKM Bersama Akseleran! Bagi kamu yang ingin membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia, P2P Lending dari Akseleran adalah tempatnya. Akseleran menawarkan kesempatan pengembangan dana yang optimal dengan bunga rata-rata 10,5%-12% per tahun dan menggunakan proteksi asuransi 99% dari pokok pinjaman. Tentunya, semua itu dapat kamu mulai hanya dengan Rp100 ribu saja. Yuk! Gunakan kode promo BLOG100 saat mendaftar untuk memulai pengembangan dana awalmu bersama Akseleran. Untuk syarat dan ketentuan dapat menghubungi 021 5091-6006 atau email ke [email protected]
MenurutCorporate Finance Institute, ada tiga tiga portofolio saham yang biasanya dimiliki oleh seorang investor.. Tiga tipe tersebut adalah sebagai berikut. 1. Growth portfolio. Growth portfolio adalah portofolio yang disusun untuk mendorong pertumbuhan portofolio itu sendiri. Portofolio yang fokus untuk pertumbuhan aset investasi biasanya menerapkan prinsip
Value investing adalah metode pembelian saham di bawah harga wajarnya dari perusahaan yang berpotensi. Cari tahu keunggulan dan keterbatasan balue investing di meraup keuntungan maksimal, seorang investor tentu memerlukan strategi dalam berinvestasi. Salah satu teknik yang dilakukan oleh investor untuk mendapatkan keuntungan dalam investasi saham adalah value investing. Value investing adalah langkah pembelian saham dengan harga murah dari perusahaan berpotensi. Konon, prinsip value investing juga digunakan oleh salah satu orang terkaya di dunia yaitu Warren Buffet. Di Indonesia, ada Lo Kheng Hong yang dikenal sebagai value investor yang sukses menerapkan prinsip value investing. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas lebih lanjut tentang apa itu prinsip value investing, bagaimana cara value investing serta kekurangan dan kelebihan value investing. Apa itu Value Investing? Value investing adalah kegiatan menginvestasikan saham yang pada saat ini memiliki harga di bawah nilai intrinsiknya. Kegiatan ini dilakukan dengan cara membeli value stock dengan memperhatikan nilai intrinsik yang diperoleh berdasarkan analisis kinerja perusahaan. Value stock adalah saham dari emiten yang harganya dinilai lebih murah dari nilai intrinsiknya. Dalam berinvestasi, ada yang melakukan trading, ada juga yang melakukan investing. Seorang trader ingin mendapatkan keuntungan dalam waktu yang singkat. Sedangkan investor cenderung ingin memiliki keuntungan di masa depan. Jika Anda memilih sebagai seorang investor, maka Anda adalah seorang value investor. Value investor adalah seseorang yang menginvestasikan harga saham yang saat ini ada berada di bawah nilai intrinsiknya. Seorang investor tidak dapat menerapkan prinsip value investing hanya berdasarkan feeling. Dalam penerapannya, setiap investor melakukan analisis dan perhitungannya masing-masing. Ada beberapa strategi bagi untuk menerapkan bagaimana cara value investing. Prinsip Value Investing yang Perlu Diperhatikan Seorang value investor tidak asal melakukan pembelian. Dalam prinsip value investing, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan agar value investing menghasilkan keuntungan yang besar. Anda ingin menjadi value investor yang sukses? Yuk perhatikan hal-hal di bawah ini! 1. Memilih Metode Analisa Untuk menganalisa strategi saham, ada dua strategi yang bisa Anda gunakan. Anda bisa menganalisa dengan metode analisis top down, dimana Anda bisa menganalisanya dari kondisi ekonomi makro, lalu mengerucut pada fundamental perusahaan. Sementara itu, ada yang memulai analisa saham dengan istilah analisis bottom-up. Kebalikan dari analisis sebelumnya, analisis ini menilai saham dari bawah ke atas. Caranya dengan mengecek kondisi fundamental perusahaan terlebih dahulu. Lalu berlanjut menganalisa masalah ekonomi yang mempengaruhi pergerakan harga saham. 2. Memantau Sektor yang Trending Strategi ini menjadi langkah pertama ataupun langkah kedua setelah Anda memilih metode value investing. Pada dasarnya, Anda harus mengetahui sektor mana saja yang sedang diminati oleh masyarakat atau yang sedang trending. Membaca trend saham juga membantu Anda lebih peka terhadap keadaan pasar saham saat ini. Sehingga nantinya dapat mendukung keputusan pembelian saham. Selain itu, sektor trending maka Anda tidak hanya mendapat capital gain yang besar, namun juga bisa memperoleh keuntungan yang lebih cepat. Bahkan, bisa hanya dalam hitungan hari. Menarik bukan? 3. Melakukan Screening Saham dengan Fundamental yang Bagus Hingga sampai saat ini, sudah ada lebih dari 600 emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sehingga untuk melakukan screening dengan lebih efektif, Anda harus menetapkan kriterianya. Cara sederhananya adalah mengelompokkan emiten yang memiliki REO Return on Equity lebih dari 15%, PBV Price to Book Value dibawah 1x, atau PER Price to Equity Ratio kurang dari 10. Jika Anda sudah mendapatkan daftar emiten dengan kriteria di atas, Anda bisa mengecek saham tersebut satu per satu. Jadi, Anda tidak perlu menghabiskan waktu untuk mengecek semua saham di BEI. 4. Mengetahui Valuasi dan Nilai Intrinsik Saham yang Akan Dibeli Sebagai value investor, Anda wajib mempelajari bagaimana cara menilai harga saham tersebut. Dalam prinsip value investing, yang dinilai sebenarnya adalah harga wajar atau harga sebenarnya dari saham tersebut atau yang disebut dengan book value. Anda bisa mengikuti apa yang digunakan oleh Warren Buffet, yaitu hanya menggunakan dua rasio untuk menilai valuasi suatu saham. Kedua rasio tersebut adalah PER Price Earning Ratio dan PBV Price to Book Value. 5. Menganalisa Faktor Fundamental Perusahaan Untuk mengetahui fundamental perusahaan, hal wajib yang harus dilakukan adalah membaca laporan keuangan terbarunya. Apa saja hal wajib yang perlu diketahui dalam sebuah laporan keuangan? Pernyataan direktur ataupun yang menyajikan laporan keuangan Aset lancar dan tidak lancar Liabilitas dan ekuitas Laba/rugi Laporan arus kas Catatan-catatan keuangan 6. Menentukan Waktu Tepat Membeli Saham Waktu paling tepat untuk seorang value investor membeli saham adalah pada saat harga saham undervalued atau lebih murah di bawah nilai intrinsiknya. Contohnya harga saham PGAS yang dihargai PBV 1,5 kali, dan nilai PBV tersebut adalah yang paling rendah. Lalu, saham secara signifikan naik beberapa tahun kemudian namun karena ada rumor, maka akan menjadi turun lagi. Kebetulan, karena pada saat itu PBN nya menurun di angka 1,5 lagi, maka pada saat itulah saat yang tepat membeli saham PGAS. 7. Melakukan Pemantauan Selain menganalisa dan membeli saham, melakukan value investing adalah juga mengawasi saham yang terdapat di dalam portofolionya. Caranya adalah dengan memantau performa dan membaca laporan keuangan terbaru secara langsung di situs resmi IDX di 8. Menentukan Waktu Jual Saham Selain harus menentukan waktu yang tepat dalam membeli saham, Anda juga harus cermat dalam menjual saham. Sebagai contoh, setelah Anda selesai melakukan pemantauan ternyata terdapat saham yang Anda beli mengalami kerugian atau masalah tertentu. Maka pada saat itulah Anda harus segera menjualnya. Hal paling penting adalah jangan gegabah dalam melakukan penjualan dan pembelian saham, sehingga hanya menjual dan membeli karena labanya turun sedikit, atau terkena syndrome FOMO Fear of Missing Out karena orang lain ramai membeli saham tertentu. Disini Anda justru menerapkan teknik investasi lain yang dinamakan sebagai momentum investing. Momentum investing adalah gaya investasi di mana investor latah mengikuti gerak-gerik investor lainnya dalam menjual atau membeli saham. Jadi, jangan sampai Anda latah karena tindakan orang lain dan gegabah dalam mengambil keputusan. Keunggulan dan Keterbatasan Value Investing Indonesia Dalam menerapkan prinsip value investing, terdapat sejumlah keunggulan dan kelemahan yang bisa Anda jadikan bahan pertimbangan Keunggulan Value Investing Kabar baiknya, siapapun bisa memakai teknik value investing saham. Value investing bisa dipakai untuk menerapkan value investing saham dengan modal yang terbatas. Namun perlu diingat, Anda harus tetap membaca kondisi fundamental perusahaan. Selain itu, penggunaan metode value investing dapat mengoptimalkan power of compounding. Compounding merupakan kemampuan investasi untuk bunga yang berlipat ganda. Seiring berjalannya waktu, investasi akan mengalami pertumbuhan eksponensial sebagai dampak pertumbuhan harga saham dan dividen yang dibagikan. Value investing merupakan teknik yang sudah teruji oleh Warren Buffet selama berpuluh-puluh tahun dan sukses membawanya menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Keterbatasan Value Investing Dilihat dari cara pengukurannya nilai intrinsik, sebuah saham cenderung sulit diukur karena penggunaan metode yang berbeda. Cara pengukuran ini tergantung pada akses informasi masing-masing investor. Salah satu alat yang digunakan oleh value investor untuk menganalisis adalah laporan keuangan. Penyusunannya dilakukan berdasarkan kinerja historis perusahaan. Kinerja masa lalu tidak bisa menjamin kinerja masa depan dan ada hal yang bisa diukur oleh estimasi dari manajemen. Menjadi Value Investor Yang Berhasil Setelah mempelajari apa itu prinsip value investing dengan berbagai strateginya, maka Anda sudah bisa mencoba untuk mengaplikasikannya untuk investasi jangka panjang. Namun, apakah value investing sama dengan investasi jangka panjang? Karena value investing dilakukan ketika sebuah nilai saham dinilai murah dan akan dijual ketika nilainya telah menguntungkan atau meningkat, maka value investing bisa dikatakan sebagai salah satu strategi investasi jangka panjang. Jangan lupa untuk mempelajari suatu saham dari fundamentalnya, dan jangan mudah gegabah dalam mengambil keputusan. Lakukanlah berbagai analisa yang mendalam sebelum mengambil keputusan agar bisa meminimalisir berbagai risiko yang tidak diinginkan. Apabila Anda belum siap berinvestasi pada perusahaan besar dan ingin memulai berinvestasi dengan modal kecil, Anda bisa memulai investasi saham di platform equity crowdfunding. Equity crowdfunding merupakan skema pendanaan untuk bisnis kecil dengan cara patungan dari masyarakat luas untuk mendanai UMKM. Melalui equity crowdfunding, Anda bisa menjadi salah satu pemilik saham bisnis potensial yang menguntungkan untuk bisa didanai. LandX merupakan platform equity crowdfunding dimana Anda bisa berinvestasi pada berbagai sektor bisnis mulai dari 1 jutaan saja. Mulai dari bisnis coffee shop hingga properti, Anda bisa memilih sesuai dengan analisis Anda. LandX telah mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan OJK, sehingga terpercaya menjadi platform patungan bisnis yang aman dan transparan. Mulai Langkah Kecil Investasimu dengan Download Aplikasi LandX! Salahsatu cara untuk memprediksi harga saham adalah analisis teknikal. Dimana Analisis teknikal merupakan analisis yang menggunakan data historis harga saham suatu perusahaan [9]. Dengan kata lain, analisis teknikal digunakan untuk memprediksi pergerakan saham berdasarkan pola harga saham dengan menggunakan indikator pada jenis saham tertentu.

Komisaris Utama GOTO, Garibaldi Thohir. Foto Ist JAKARTA, - Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk GOTO berhasil menjadi top value dan top volume pada perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia BEI, Senin 23/5/2022. Tak hanya itu, investor asing mencatatkan transaksi beli bersih net buy GOTO sebesar Rp 8,89 miliar. Berdasarkan data BEI, GOTO ditransaksikan sebesar Rp 1,5 triliun dengan volume perdagangan sebanyak 4,9 miliar saham. Hal ini menjadikan GOTO sebagai top value dan top volume pada perdagangan hari ini. Saat ini, kapitalisasi pasar market cap GOTO masih bertengger di urutan kelima dengan nilai Rp 350,57 triliun atau tepat berada di bawah PT Bank Mandiri Tbk BMRI di posisi empat dengan market cap Rp 367,49 triliun. Sedangkan PT Bank Central Asia Tbk BBCA masih menempati urutan teratas dengan market cap Rp 909,15 triliun. Meski ditutup turun sebesar 2,63% menjadi Rp 296 pada hari ini, GOTO masih memberikan cuan atau gain sebesar 9,62% selama bulan Mei berjalan ini, dimana harga GOTO pada awal Mei 2022 sebesar Rp 270. Pencapaian itu lebih baik dibandingkan saham PT Tbk BUKA yang mengalami auto reject bawah ARB hari ini ke level Rp 294. Sedangkan sepanjang Mei berjalan ini, saham BUKA hanya naik 4,2% dari Rp 282 menjadi Rp 294. Begitu juga dengan kinerja saham PT WIR Asia Tbk WIRG yang justru mencatatkan penurunan sepanjang Mei 2022 dari Rp menjadi Rp 925. Hari ini, saham WIRG melonjak Rp 155 20,13% menjadi Rp 925. Dari sisi indeks sektor teknologi, GOTO menunjukkan performa yang sangat baik. Berdasarkan data BEI, indeks saham sektor teknologi justru mengalami penurunan dari level pada akhir April 2022 menjadi pada penutupan hari ini. Artinya, sepanjang Mei, saham sektor teknologi masih melemah 11,18%. Bahkan kenaikan harga saham GOTO jauh melampaui kinerja indeks harga saham gabungan IHSG Bursa Efek Indonesia BEI sepanjang Mei 2022. IHSG sepanjang Mei ini malah turun dari level ke level Editor Parluhutan parluhutan Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

sederhanaadalah Y E 0 E 1 X e (Widarjono, 2007). n » Metode yang paling sering digunakan dalam analisis regresi adalah Ordinary Least Square (OLS). Metode ini dianggap dapat menghasilkan estimator yang tidak bias, linear dan varian yang minimum (Best Linear Unbiased Estimator = BLUE). OLS ini dikemukakan oleh Carl Friedirch Gauss,

Skip to content Kalkulator KeuanganKonsultasi Perencanaan KeuanganRencana PensiunRencana Dana PendidikanReview AsuransiReview InvestasiIn House TrainingEventEbookArtikelKalkulator KeuanganKonsultasi Perencanaan KeuanganRencana PensiunRencana Dana PendidikanReview AsuransiReview InvestasiIn House TrainingEventEbookArtikelKalkulator KeuanganKonsultasi Perencanaan KeuanganRencana PensiunRencana Dana PendidikanReview AsuransiReview InvestasiIn House TrainingEventEbookArtikel Home » Partnership » Prinsip Dasar Price vs Value Mengapa Investor Saham Perlu Memahaminya? Dibaca Normal 9 Menit Prinsip Dasar Price vs Value Mengapa Investor Saham Perlu Memahaminya? Salah satu hal mendasar namun penting dalam investasi saham adalah konsep Price dan Value. Konsep ini harus selalu diingat oleh investor setiap membuat keputusan beli dan jual dalam berinvestasi saham. Dalam artikel kali ini, Rivan Kurniawan, seorang Value Investor Indonesia akan membahas apa itu Price dan apa itu Value, serta apa kaitannya dalam hal berinvestasi di saham. Artikel ini dipersembahkan oleh Apa perbedaan Price dan Value?Price dan Value Dalam Investasi SahamKesalahan Investor Dalam Menilai Harga Saham1 Menjadikan Harga Saham Sebagai Patokan2 Membandingkan Harga Saham Sekarang Dengan Periode SebelumnyaMarket Tidak Efisien = Opportunity!Gratis Download Ebook Panduan Berinvestasi Saham Untuk PemulaMemahami Bedanya Price dan Value Apa perbedaan Price dan Value? Pemaparan mengenai Price vs Value telah dijelaskan dengan sangat baik oleh Warren Buffett dalam Annual Letter kepada para pemegang sahamnya di tahun 2008. Dalam Annual Letter tersebut, Warren Buffett menyebutkan bahwa “Price is what you pay, Value is what you get” “Harga adalah yang Anda bayar, Nilai adalah yang Anda terima” ~ Warren Buffett Mari Simak Nasihat Warren Buffet untuk Keuangan, Sosial dan Investasi Dalam bahasa Indonesia, pemahamannya kurang lebih berbunyi “Price adalah apa yang Anda bayarkan, Value adalah apa yang Anda dapatkan”. Untuk memahami ungkapan tersebut, coba perhatikan contoh berikut ini. Katakanlah Anda sedang membangun sebuah rumah, dan Anda sedang mencari batu bata dari sebuah toko yang ada di dekat rumah. Anda mendapatkan penawaran dari toko tersebut untuk per batu bata yang akan Anda beli. Karena di hari tersebut Anda sedang tidak membawa uang cash, maka Anda memutuskan untuk kembali esok hari. Keesokan harinya, Anda datang ke toko yang sama namun kali ini Anda mendapatkan penawaran untuk per batu bata yang akan Anda beli. Pertanyaannya, apakah kualitas dari batu bata tersebut berubah? Kemungkinan besar jawabannya adalah tidak. Jadi, jika Anda kemudian memutuskan untuk membeli batu bata tersebut, maka artinya Anda membayar harga price yang lebih mahal untuk sebuah kualitas value batu bata yang sama. Jika Anda membayar batu bata lebih mahal, apakah kualitasnya berubah? Dari contoh sederhana tersebut, kita dapat memahami bahwa ketika harga Price meningkat, maka tidak selalu kualitas Value ikut meningkat. Seringkali kita keliru memahami dan menganggap bahwa price sama dengan value. Pada tingkatan yang lebih tinggi kita juga seringkali menganggap bahwa semakin mahal harga sebuah barang dan jasa, maka kualitasnya juga semakin baik. Dalam istilah marketing hal tersebut dikenal dengan istilah price perceived value, dan seringkali teknik tersebut digunakan oleh para professional marketer. Mau tahu contohnya? Oke sekarang coba Anda perhatikan gambar berikut ini. Anda pasti tahu produk apakah di bawah ini. Parfum Elie Saab, Salah satu Merk parfum Kelas Atas Yup! Gambar tersebut adalah parfum. Bukan sembarang parfum, parfum tersebut adalah keluaran Elie Saab, perancang busana terkenal di dunia. Dengan teknik marketing yang canggih, dengan menampilkan model dan perpaduan desain yang terkesan mewah plus biasanya packaging-nya pun juga tidak kalah mewah, jadilah parfum tersebut dibanderol dengan harga Advertising Parfum Elie Saab membuat kesan mewah Pertanyaannya, apakah harga price yang Anda keluarkan untuk membeli Parfum tersebut sebanding dengan value yang didapat? I’m not a perfume expert, namun saya percaya biaya untuk membuat parfum tersebut mungkin tidak sampai CMIIW. Jadi, dilihat dari sudut pandang value investor maka harga tersebut terbilang overpriced. Warren Buffett pun juga mengatakan “Whether we are talking about socks or stocks, I like buying quality merchandise when it is marked down” “Baik kita berbicara mengenai kaus kaki atau saham, Saya lebih suka membeli barang berkualitas ketika harganya turun.” ~ Warren Buffett Disclaimer Penyebutan nama merk di sini untuk tujuan studi kasus, bukan untuk merekomendasikan atau mendiskreditkan merek tertentu. Price dan Value Dalam Investasi Saham Lalu, apa hubungannya antara pemahaman price dan value ini dengan berinvestasi di pasar saham? Sama seperti beberapa contoh di atas, kebanyakan investor seringkali menganggap bahwa ketika harga saham naik dan dihargai lebih mahal ketimbang sebelumnya, maka saham tersebut dianggap memiliki kinerja lebih bagus. Sebaliknya, ketika harga saham turun dan dihargai lebih murah ketimbang sebelumnya, maka saham tersebut dianggap memiliki kinerja tidak bagus. Tidak heran, banyak investor retail yang lebih suka mengejar saham-saham yang menunjukkan pola uptrend, bahkan mengejar saham yang naiknya cepat karena menganggap kinerja perusahaannya bagus. Dengan kata lain, kebanyakan investor menganggap bahwa harga saham telah secara efisien menggambarkan kinerja perusahaan secara keseluruhan Efficient Market Hypothesis. Padahal Warren Buffett pernah mengatakan “I’d be a bum on the street with a tin cup if the markets were always efficient” “Aku hanya akan menjadi gelandangan di jalanan dengan cangkir timah jika pasar selalu efisien” ~ Warren Buffett Warren Buffett dan rata-rata value investor lainnya percaya bahwa pasar saham tidaklah efisien, Bahkan, seringkali investor berlaku secara tidak rasional, karena mengambil keputusan berdasarkan fear dan greed-nya. Hal ini lah yang membuat harga saham bisa naik sampai ke harga yang tidak masuk akal, dan bisa juga sebaliknya membuat harga saham bisa turun sampai ke harga yang tidak masuk akal. Mengenal Berbagai Rasio Keuangan dalam Analisis Fundamental Perusahaan Kesalahan Investor Dalam Menilai Harga Saham Berikut ini adalah beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh investor dalam menilai harga sebuah saham 1 Menjadikan Harga Saham Sebagai Patokan Kesalahan yang paling umum terjadi adalah seorang investor berpatokan pada nominal harga saham yang ditawarkan oleh Mr. Market saat ini. Misal, harga saham ABCD seharga per lembar saham, dan harga saham WXYZ adalah Rp700 per lembar saham. Banyak investor berpikir bahwa saham WXYZ lebih murah, karena nominal harga sahamnya yang lebih murah. 2 Membandingkan Harga Saham Sekarang Dengan Periode Sebelumnya Kesalahan kedua yang sering dilakukan investor adalah membandingkan harga saham saat ini dengan periode sebelumnya minggu lalu, bulan lalu, atau tahun lalu. Misalkan harga sebuah saham turun dari harga di tahun lalu, menjadi saat ini diperdagangkan di harga Seringkali investor akan menganggap harga sahamnya sudah murah karena sudah turun cukup jauh dibandingkan periode sebelumnya. Mengenal Metode Enterprise Value dalam Menghitung Nilai Intrinsik Saham Market Tidak Efisien = Opportunity! Seperti disampaikan pada bagian sebelumnya, Warren Buffett dan rata-rata Value Investor memahami bahwa pasar saham tidak bergerak secara efisien, dan pasar saham lebih banyak dikendalikan oleh Fear dan Greed dari orang-orang yang berada di dalamnya. Oleh karena itulah, akan selalu ada saham-saham yang menjadi salah harga. Menemukan saham-saham yang sedang salah harga ini lah yang kemudian menjadi opportunity bagi para Value Investor. Untuk menilai apakah sebuah harga saham disebut mahal atau murah, sebuah harga saham tidak dapat dibandingkan dengan melihat nominal harga sahamnya. Dalam kesalahan pertama di atas, harga saham ABCD justru bisa menjadi lebih murah dibandingkan saham WXYZ Rp700, apabila nilai intrinsik saham A ternyata adalah dan nilai intrinsik saham B ternyata hanya Rp500. Dalam kasus seperti ini, harga saham ABCD justru dapat dikatakan lebih murah undervalued ketimbang saham WXYZ. Demikian pula dalam kesalahan yang kedua di atas, meskipun benar secara nominal harga sahamnya lebih murah, kita perlu cek terlebih dahulu apakah harga sahamnya kemudian menjadi undervalue di harga Saham ada bandarnya! Kenalilah Bandar Saham dengan Bandarmologi Bisa jadi perusahaan mencatat penurunan laba, atau fundamental perusahaan berubah karena regulasi pemerintah, atau pun hal lainnya yang membuat harga tadi pun sebenarnya belum layak disebut undervalue. Namun, jika ternyata perusahaan tersebut kinerjanya tetap baik dan harga sahamnya turun hanya karena sentimen negatif sesaat, maka bisa jadi penurunan harga saham tersebut merupakan opportunity, karena setelah dilakukan valuasi harga sahamnya saat ini berada di bawah nilai intrinsiknya undervalue. Terakhir, Warren Buffett pun memberikan saran yang baik dalam memilih saham, yaitu “It’s far better to buy a wonderful company at a fair price, than a fair company at a wonderful price.” “Jauh lebih baik membeli perusahaan yang luar biasa di harga yang biasa, ketimbang membeli perusahaan yang biasa saja pada harga yang luar biasa” ~ Warren Buffett. Apakah Anda tertarik untuk memulai berinvestasi saham? Silahkan download Gratis ebook Panduan Berinvestasi Saham Untuk Pemula. Gratis Download Ebook Panduan Berinvestasi Saham Untuk Pemula Memahami Bedanya Price dan Value Sekarang Anda telah memahami bahwa price tidak sama dengan value. Price adalah apa yang kita bayarkan dan Value adalah apa yang kita dapat. Sebagai investor saham yang bijak, maka kita harus mengetahui cara untuk menilai harga wajar nilai intrinsik sebuah saham. Dengan begitu kita dapat mengetahui apakah harga yang kita bayarkan untuk sebuah lembar saham price sebanding atau berada di bawah dari nilai value yang kita dapatkan. Semoga dengan memahami konsep price dan value ini, kita tidak terjebak untuk membeli harga saham yang lebih tinggi dibandingkan nilainya overvalued. Selamat Berinvestasi! Setelah pembahasan di atas, apakah Anda tertarik untuk berinvestasi saham? Anda bisa mengisi comment berikut atau share informasi ini ke pembaca lainnya ya. Terima Kasih. Sumber Referensi Rivan Kurniawan. 2017. Back to Basic Price vs Value. – Sumber Gambar Scale – Brick – Rivan Kurniawan adalah seorang Indonesia Value Investor. Memulai investasi pertamanya sejak tahun 2008 ketika usia 20 tahun, Rivan sempat mengalami kejatuhan di pasar saham pada tahun 2012. Namun, kejatuhan tersebut tidak membuatnya menyerah melainkan berusaha untuk bangkit kembali di pasar modal dengan menerapkan metode Value Investing. Saat ini, Rivan tidak hanya aktif sebagai praktisi di pasar saham, namun juga aktif memberikan jasa training dan konsultasi kepada para profesional dan investor yang ingin memperdalam ilmu berinvestasi dengan metode value investing. Related Posts Page load link Go to Top Richtrader review 02-05-16 - *IHSG* closing minus 30 poin asing net sell Rp 511 M dengan value transaksi harian [image: image] Semoga dengan Chart diatas, mampu memberikan penggambaran tentang ‘Analisa Top Down’ untuk saham Alasan kenapa saya mengatakan bahwa saham BBRI dalam trend menguat adalah karena posisi saham BBRI saat ini
Tidak dapat dipungkiri jika saham merupakan salah satu instrumen investasi yang kerap dipilih oleh investor, khususnya yang telah berpengalaman. Investasi saham sendiri merujuk pada aktivitas menanam modal dengan cara membeli sebagian kepemilikan dari sebuah perusahaan atau institusi. Membeli saham sebuah perusahaan artinya percaya bahwa prospek dari perusahaan yang bersangkutan bakal terus berkembang seiring berjalannya waktu. Tapi, tahukah kamu jika dalam dunia investasi saham, terdapat 2 jenis saham yang penting untuk diketahui oleh para investor? Kedua jenis saham tersebut dikenal dengan istilah value stocks dan juga growth stocks. Keduanya tentu memiliki keunggulan dan kekurangannya tersendiri yang mampu memberi pengaruh signifikan terhadap potensi keuntungan investasi saham dan strategi yang dipilih oleh investor. Lalu, yang menjadi pertanyaan, apa sih yang dimaksud dengan value stocks dan growth stocks ini? Juga, apa saja perbedaan antara keduanya yang harus dipahami betul oleh para investor agar mampu mengoptimalkan keuntungan investasinya? Tanpa panjang lebar lagi, simak penjelasan tentang apa itu value stocks, growth stocks, dan perbedaan umum antara keduanya berikut ini. Apa Itu Value Stocks? Sejatinya, investasi saham adalah bentuk aktivitas investasi berjangka panjang. Investasi pada instrumen saham sebaiknya dilakukan dengan memperhitungkan dan mempertimbangkan nilai wajar sebuah produk saham yang didapatkan dari proses analisis kinerja perusahaan yang diincar. Nah, terkait value stocks sendiri adalah jenis saham yang mana mencakup produk saham yang ditransaksikan pada pasar saham dengan nilai lebih rendah ketimbang nilai perusahaan yang sebenarnya. Artinya, nilai saham sebuah perusahaan relatif lebih rendah ketimbang kinerjanya jika mengacu dari laporan keuangan yang mencerminkan pendapatan, aset, arus kas, beban operasional, serta berbagai aspek lainnya. Baca Juga Index S&P 500 Definisi, Manfaat, hingga Daftar Perusahaannya Karakteristik Value Stock Terdapat beragam karakteristik yang dimiliki oleh produk saham dengan jenis value stocks ini, antara lain Rasio valuasi yang dijadikan sebagai dasar perhitungan nilai saham menggambarkan harga perdagangan yang lebih rendah dibanding nilai wajarnya saat ini. Rasio yang biasa digunakan tersebut adalah PBV atau Price to Book Value yang berada di bawah nilai 1 dan bisa dikatakan jika nilai sahamnya masih undervalue. Alasannya karena saham diperdagangkan dengan harga di bawah nilai bukunya. Rasio valuasi saham jenis value stocks juga bisa digunakan dengan PER atau Price to Earning Ratio yang mana saham bisa dikatakan undervalue apabila nilainya lebih kecil dibanding rerata angka PER sebelumnya, maupun di bawah rerata kompetitor lainnya pada industri bisnis yang sama. Value stocks juga biasanya dialami oleh perusahaan besar yang memiliki kinerja cukup baik. Namun, pelaku pasar tak memiliki minat terhadap penjualan sahamnya sehingga membuat harga yang diperdagangkan relatif rendah. Karakteristik value stocks lainnya adalah jenis saham ini bisa terjadi ketika persepsi dari pelaku pasar menganggap bahwa saham tersebut akan cenderung melemah dan membuat nilainya menurun. Padahal, jika melihat dari kinerja keuangan perusahaannya, saham tersebut mempunyai nilai yang lebih tinggi. Apa Itu Growth Stocks? Sementara suatu saham bisa dikatakan sebagai jenis growth stocks ketika mempunyai tingkat pendapatan dan penjualan yang terus bertumbuh secara pesat ataupun hingga melebihi pertumbuhan ekonomi dan jenis saham lain dalam industri yang sama. Perusahaan dengan jenis saham growth stocks umumnya bergerak dengan agresif pada sektor bisnisnya dan gencar melakukan pengembangan serta ekspansi terhadap usahanya. Akan tetapi, di sisi lain, karena terlalu berfokus pada ekspansi bisnis tersebut, sering kali emiten atau perusahaan dengan karakteristik growth stock ini tak memberi dividen pada para pemilik sahamnya. Hal ini tentu saja diakibatkan karena arus kas perusahaan difokuskan untuk melakukan ekspansi dan percepatan terhadap pertumbuhan bisnisnya. Tapi, sebagai gantinya, nilai saham yang dimiliki oleh investor memiliki peluang untuk melambung di waktu yang akan datang. Saham dengan jenis growth stocks mempunyai prospek pertumbuhan penghasilan dan juga laba yang pesat di masa depan, walaupun saat ini bisa dibilang kinerjanya masih mencatatkan kerugian bersih. Jenis saham ini umumnya bisa ditemukan pada emiten berskala kecil atau menengah karena aktivitas bisnisnya baru berjalan. Tapi, jika melihat kinerjanya beberapa waktu mendatang, potensi pertumbuhan bisnis dari perusahaan dengan jenis saham ini begitu menjanjikan dibanding emiten lainnya. Baca Juga TradingView, Platform Analisis Perdagangan yang Friendly untuk Pemula! Karakteristik Growth Stock Sama halnya dengan value stocks, saham growth stocks juga mempunyai beragam karakteristik yang perlu dipahami oleh investor. Berikut beberapa di antaranya. Emiten dengan jenis saham growth stocks biasanya mempunyai keunggulan dalam aspek kompetitif atau persaingan dengan para kompetitor di industri bisnis yang sama. Emiten dengan golongan growth stocks tersebut juga biasanya mempunyai PER yang relatif lebih tinggi ketimbang perusahaan lain. Karakteristik lainnya, perusahaan dengan jenis saham growth stocks juga sering kali tak membagikan dividen sama sekali pada para investornya. Kalaupun berniat untuk memberi dividen, nilainya bisa sangat kecil dan tak terlalu berpengaruh terhadap keuntungan investor. Penyebabnya tidak lain karena perusahaan lebih memfokuskan keuangannya untuk melakukan ekspansi terhadap bisnisnya agar pertumbuhannya menjadi lebih pesat. Perbedaan Antara Value Stocks dengan Growth Stocks Bagi yang belum tahu, mungkin saham jenis value stocks dan growth stocks dianggap identik dan tak memiliki perbedaan yang signifikan. Padahal, keduanya mempunyai ciri khas dan karakteristik yang unik, serta amat mempengaruhi strategi investor dalam berinvestasi. Nah, berikut adalah beberapa poin perbedaan umum antara saham jenis value stocks dan growth stocks yang penting untuk dipahami oleh para pemilik modal sebelum berinvestasi. Harga Saham Mengenai harga sahamnya, value stock merupakan saham yang diperjualbelikan dengan harga lebih rendah pada pasar modal. Nilai dari saham ini bahkan dianggap jauh lebih kecil ketimbang nilai intrinsik perusahaan jika melihat dari kinerja atau laporan keuangannya. Sedangkan pada saham jenis growth stocks adalah saham yang diperjualbelikan dengan harga yang lebih tinggi pada pasar modal ketimbang nilai intrinsik perusahaannya. Alasannya karena jenis saham ini mempunyai peluang cukup besar dalam menjalankan ekspansi bisnis atau meraih tingkat pertumbuhan tertentu. Karena alasan itulah mengapa investor berani membeli saham growth stocks dengan harga tinggi dari nilai sebenarnya. Price to Earning Ratio Perbedaan lainnya terletak dari rasio PE atau price to earning ratio. Pada saham value stocks, rasio ini biasanya mempunyai nilai yang setara atau lebih kecil ketimbang pasar yang menggambarkan rekam jejak pendapatan bagi investor. Di sisi lain, saham growth stocks mempunyai rasio PE yang umumnya lebih tinggi ketimbang pasar. Pembagian Dividen Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perusahaan dengan jenis saham value stocks sering kali membagikan dividen kepada para investornya dengan jumlah yang besar. Sebaliknya, perusahaan dengan saham growth stocks cenderung tak membagikan dividen pada investornya sama sekali atau dengan nominal yang kecil saja. Penyebabnya tidak lain karena perusahaan dengan jenis saham ini lebih memfokuskan keuangannya pada pengembangan dan ekspansi bisnis. Risiko yang Mungkin Muncul Perbedaan yang terakhir antara saham jenis value stocks dengan growth stocks terletak pada risiko yang mungkin muncul pada investor atau pemilik modal. Karena umumnya dimiliki oleh perusahaan yang sudah besar dan memiliki kinerja yang terjamin, berinvestasi di saham jenis value stocks bisa dibilang lebih aman dan minim risiko. Sedangkan untuk saham jenis growth stocks, karena umumnya dimiliki oleh perusahaan kecil atau menengah yang sedang fokus mengembangkan bisnisnya, risiko ketidakpastian yang dialami oleh investor tentu lebih tinggi. Dalam kata lain, risiko kerugian yang mungkin dialami oleh investor growth stocks relatif lebih tinggi, walaupun peluang keuntungan yang bisa didapatkannya juga tak kalah menjanjikannya. Jadi, Sudah Tahu Jenis Saham Mana yang Cocok dengan Strategi Investasi Sahammu? Pada dasarnya, baik saham jenis growth stocks maupun value stocks mempunyai keunggulan dan kekurangannya tersendiri. Tugas kamu sebagai investor adalah menyesuaikan kelebihan dan kelemahan tersebut dengan strategi dan tujuan investasi. Dengan begitu, peluang mendapatkan keuntungan yang optimal dari aktivitas menanam modal akan menjadi jauh lebih tinggi. Baca Juga Trading Saham Halal atau Haram? Begini Hukumnya Menurut Islam dan Tips Trading Syariah
Hargawajar suatu saham sering disebut sebagai nilai intrinsik. Siapa Itu Graham? Valuasi Metode Graham value diambil dari nama Benjamin Graham, Benjamin Graham adalah salah satu investor yang mempopulerkan investasi menggunakan nilai wajar saham atau Value Investing, melalui kedua bukunya yang legendaris yaitu the security analysis dan the Konsep yang sederhana namun powerful ini lah yang selalu saya ingat setiap membuat keputusan beli dan jual dalam berinvestasi saham. Dalam artikel kali ini, kita akan membahas apa itu Price dan apa itu Value, serta apa kaitannya dalam hal berinvestasi di perbedaan Price dan Value ?Pemaparan mengenai Price VS Value telah dijelaskan dengan sangat baik oleh Warren Buffett dalam Annual Letter kepada Shareholders di tahun 2008. Dalam Annual Letter tersebut, Warren Buffett menyebutkan bahwa “Price is What You Pay, Value is What You Get”Warren BuffettDalam bahasa Indonesia, pemahamannya kurang lebih berbunyi “Price adalah apa yang Anda bayarkan, Value adalah apa yang Anda dapatkan”. Untuk memahami ungkapan tersebut, coba perhatikan contoh berikut Anda sedang membangun sebuah rumah, dan Anda sedang mencari batu bata dari sebuah toko yang ada di dekat rumah. Anda mendapatkan penawaran Rp 1000 dari toko tersebut untuk per batu bata yang akan Anda beli. Karena di hari tersebut Anda sedang tidak membawa uang cash, maka Anda memutuskan untuk kembali esok hari. Keesokan harinya, Anda datang ke toko yang sama namun kali ini Anda mendapatkan penawaran Rp 1500 untuk per batu bata yang akan Anda beli. Pertanyaannya, apakah kualitas dari batu bata tersebut berubah? Kemungkinan besar jawabannya adalah tidak. Jadi, jika Anda kemudian memutuskan untuk membeli batu bata tersebut, maka artinya Anda membayar harga price yang lebih mahal untuk sebuah kualitas value batu bata yang Anda membayar batu bata dengan harga lebih mahal, apakah kualitasnya berubah? Dari contoh sederhana tersebut, kita dapat memahami bahwa ketika harga Price meningkat, maka tidak selalu kualitas Value ikut meningkat. Seringkali kita keliru memahami dan menganggap bahwa price sama dengan value. Pada tingkatan yang lebih tinggi kita juga seringkali menganggap bahwa semakin mahal harga sebuah barang dan jasa, maka kualitas nya juga semakin baik. Dalam istilah marketing hal tersebut dikenal dengan istilah price perceived value, dan seringkali teknik tersebut digunakan oleh para professional marketer. Mau tahu contohnya? Oke sekarang coba Anda perhatikan gambar berikut ini. Anda pasti tahu produk apakah di bawah ! Gambar tersebut adalah parfum. Bukan sembarang parfum, parfum tersebut adalah keluaran Elie Saab, perancang busana terkenal di dunia. Dengan teknik marketing yang sophisticated, dengan menampilkan model dan perpaduan desain yang terkesan mewah plus biasanya packaging nya pun juga tidak kalah mewah, jadilah parfum tersebut dibanderol dengan harga Rp Parfum Elie Saab membuat kesan mewahPertanyaannya, apakah harga price yang Anda keluarkan untuk membeli Parfum tersebut Rp sebanding dengan value yang didapat? I’m not a perfume expert, namun saya percaya cost untuk membuat parfum tersebut mungkin tidak sampai Rp CMIIW. Jadi, dilihat dari sudut pandang value investor maka harga tersebut terbilang Value dan PriceLalu, apa hubungannya antara pemahaman price dan value ini dengan berinvestasi di pasar saham? Sama seperti beberapa contoh di atas, kebanyakan investor seringkali menganggap bahwa ketika harga saham naik dan dihargai lebih mahal ketimbang sebelumnya, maka saham tersebut dianggap memiliki kinerja lebih bagus. Sebaliknya, ketika harga saham turun dan dihargai lebih murah ketimbang sebelumnya, maka saham tersebut dianggap memiliki kinerja tidak bagus. Tidak heran, banyak investor retail yang lebih suka mengejar saham-saham yang menunjukkan pola uptrend, bahkan mengejar saham yang naiknya cepat baca terbang karena menganggap kinerja perusahaannya bagus. Dengan kata lain, kebanyakan investor menganggap bahwa harga saham telah secara efisienmenggambarkan kinerja perusahaan secara keseluruhan Efficient Market Hypothesis. Padahal Warren Buffett pernah mengatakan “I’d be a bum on the street with a tin cup if the markets were always efficient” Warren BuffettWarren Buffett dan rata-rata value investor lainnya percaya bahwa pasar saham tidaklah efisien, Bahkan, seringkali investor berlaku secara irasional, karena mengambil keputusan berdasarkan fear dan greed nya. Hal ini lah yang membuat harga saham bisa naik sampai ke harga yang tidak masuk akal, dan bisa juga sebaliknya membuat harga saham bisa turun sampai ke harga yang tidak masuk Kesalahan yang Dilakukan Investor Menilai Harga SahamBerikut ini adalah beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh investor dalam menilai harga sebuah saham Menjadikan nominal harga saham sebagai patokanKesalahan yang paling umum terjadi adalah seorang investor berpatokan pada nominal harga saham yang ditawarkan oleh Mr Market saat ini. Misal, harga saham A Rp 1000 per lembar saham, dan harga saham B Rp 700 per lembar saham. Banyak investor berpikir bahwa saham B lebih murah, karena nominal harga sahamnya yang lebih harga saham saat ini dengan periode sebelumnyaKesalahan kedua yang sering dilakukan investor adalah membandingkan harga saham saat ini dengan periode sebelumnya minggu lalu, bulan lalu, atau tahun lalu. Misalkan harga sebuah saham turun dari harga Rp 2000 di tahun lalu, menjadi saat ini diperdagangkan di harga Rp 1000. Seringkali seorang investor menganggap ketika harga sahamnya turun cukup jauh dibandingkan periode sebelumnya, maka harga sahamnya dianggap sudah Tidak Efisien = Opportunity !Seperti disampaikan pada bagian sebelumnya, Warren Buffett dan rata-rata Value Investor memahami bahwa pasar saham tidak bergerak secara efisien, dan pasar saham lebih banyak dikendalikan oleh Fear dan Greed dari orang-orang yang berada di dalamnya. Oleh karena itulah, akan selalu ada saham-saham yang menjadi salah harga. Menemukan saham-saham yang sedang salah harga ini lah yang kemudian menjadi opportunity bagi para Value menilai apakah sebuah harga saham disebut mahal atau murah, sebuah harga saham tidak dapat dibandingkan dengan melihat nominal harga sahamnya. Dalam kesalahan pertama di atas, harga saham A Rp 1000 justru bisa menjadi lebih murah dibandingkan saham B Rp 700 apabila nilai intrinsic saham A ternyata adalah Rp 1500, dan nilai intrinsic saham B ternyata Rp 500. Dalam kasus seperti ini, harga saham A justru dapat dikatakan lebih murah undervalued ketimbang saham pula dalam kesalahan yang kedua di atas, meskipun benar secara nominal harga sahamnya lebih murah, kita perlu cek terlebih dahulu apakah harga sahamnya kemudian menjadi undervalue di harga Rp 1000? Bisa jadi perusahaan mencatat penurunan laba, atau fundamental perusahaan berubah karena regulasi pemerintah, ataupun hal lainnya yang membuat harga Rp 1000 tadi pun sebenarnya belum layak disebut undervalue. Namun, jika ternyata perusahaan tersebut kinerjanya tetap baik dan harga sahamnya turun hanya karena sentiment negative sesaat, maka bisa jadi penurunan harga saham tersebut merupakan opportunity, karena setelah dilakukan valuasi harga sahamnya saat ini berada di bawah nilai intrinsik nya undervalue.KesimpulanSekarang Anda telah memahami bahwa price tidak sama dengan value. Price adalah apa yang kita bayarkan dan Value adalah apa yang kita dapat. Sebagai investor saham yang bijak, maka kita harus mengetahui cara untuk menilai harga wajar nilai intrinsic sebuah saham. Sehingga kita dapat mengetahui apakah harga yang kita bayarkan untuk sebuah lembar saham price sebanding atau berada di bawah dari nilai value yang kita dapatkan. Semoga dengan memahami konsep price dan value ini, kita tidak terjebak untuk membeli harga saham yang lebih tinggi dibandingkan nilainya overvalued.Oleh Rivan Kurniawan Indonesia Value InvestorArtikel ini sebelumnya terbit 09 Januari 2018 di dengan judul "BACK TO BASIC PRICE VS VALUE" DrHRo.
  • uehoh45gwt.pages.dev/113
  • uehoh45gwt.pages.dev/345
  • uehoh45gwt.pages.dev/301
  • uehoh45gwt.pages.dev/141
  • uehoh45gwt.pages.dev/56
  • uehoh45gwt.pages.dev/41
  • uehoh45gwt.pages.dev/204
  • uehoh45gwt.pages.dev/95
  • uehoh45gwt.pages.dev/266
  • top value saham adalah